Rabu, 11 Oktober 2023

Kafeta (Kafe Balita) Tuwel sebagai Pilot Project di Kabupaten Tegal dalam Program Percepatan Penurunan Stunting  




Tuwel, 11 Oktober 2023. Kafeta (Kafe Balita) merupakan salah satu program Pemerintah Kabupaten Tegal sebagai salah satu wadah untuk pemenuhan kebutuhan gizi makanan tambahan bagi balita. Desa Tuwel merupakan salah satu desa di Kabupaten Tegal yang menjadi pilot project untuk program Kafeta. Program Kafeta ini merupakan kegiatan yang besumber dari APBD Tuwel dan bekerja sama dengan Rumah Anak Sigap (RAS) Tuwel. Kegiatan peresmian Kafeta ini dihadiri oleh orang tua dari balita peserta RAS Tuwel sebagai kelompok sasaran sebanyak 40 orang, Pemerintah Kecamatan Bojong, PLKB Kecamatan Bojong, Humas Pemerintah Kabupaten Tegal, dan segenap jajaran pemerintahan Desa Tuwel. Kegiatan ini dibuka dan diresmikan langsung oleh Kepala Desa Tuwel.


Sementara itu, dalam persemian Kafeta ini, juga diisi dengan kegiatan Kuliah Umum oleh Kepala Puskesmas Kecamatan Bojong, dr. Muhammad Afwan. Dalam materinya disampaikan bahwa salah satu upaya pencegahan stunting adalah penanaman rasa sayang orang tua melalui pembuktian pemahaman dan pemenuhan akan gizi anak, karena faktor penyebab stunting berasal dari keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan yang tidak adekuat, faktor menyusui, dan infeksi. 


Setelah Kafeta diresmikan, beberapa agenda telah disusun sebagai program lanjutan, d
iantaranya kuliah umum tahap dua yang akan diisi oleh Ahli Gizi Puskesmas Bojong, praktik langsung pembuatan makanan untuk balita oleh orang tua yang akan dilaksanakan di halaman Balai Desa Tuwel, dan praktik baik pembuatan makanan bagi balita lanjutan di rumah masing-masing yang dimonitoring oleh pengurus Kafeta Tuwel. 


Sebagai salah satu desa dampingan YSKK-Tanoto Foundation, Tuwel diharapkan menjadi percontohan dan mampu mendorong desa lain untuk mengadopsi pola atau model dalam praktik baik pemberian makanan bagi balita.




Fifi_Program Officer
YSKK

Minggu, 27 Agustus 2023

Tim PPK dan PPS se-Kecamatan Dukuhturi Tegal Siap Sukseskan Pemilu Tahun 2024

 



   

Dukuhturi, 27 Agustus 2023. Melalui Pepedan Carnival 2023, tim penyelenggara Pemilu Kecamatan Dukuhturi tahun 2024 mencoba memulai langkah sosialisasi terkait pemilihan umum tahun 2024, sebagai salah satu bentuk tahapan penyelenggaraan pemilu tingkat kecamatan. Kegiatan ini dihadiri oleh Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan sekretariatnya dari 18 desa yang ada di wilayah Kecamatan Dukuhturi dan juga Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Dukuhturi, serta ratusan warga Desa Pepedan yang turut serta dalam memeriahkan kegiatan HUT RI ke-78.

Poster berisi ajakan untuk memilih atau mencoblos pada saat Pemilu tahun 2024 dan 18 logo partai politik peserta Pemilu tahun 2024 memenuhi barisan garda depan Pepedan Carnival setelah barisan drumband dari salah satu sekolah yang berada di Kecamatan Dukuhturi. Pada panggung kehormatan, salah satu tim PPK Dukuhturi menghimbau pada seluruh warga yang berada di wilayah Kecamatan Dukuhturi agar tidak lupa untuk datang ke TPS guna memberikan hak suaranya di Pemilu tahun 2024 mendatang.

 

            Jalan-jalan maring Dukuhturi

            Aja klalen mampir maring Pasar Pepedan

            Aja klalen empat belas Februari

            Maring TPS ana coblosan

            (Akhie-PPK Dukuhturi)

           

Besar harapan kami sebagai penyelenggara Pemilu Tahun 2024, agar Pemilu berjalan dengan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Ini sebagai salah bentuk sarana integrasi bangsa Indonesia.

 

Penulis dan editor: Ummu Alfi (Ketua PPS Kademangaran)

Rabu, 17 Agustus 2022

Secuil Kebaikan untuk Kemaslahatan Umat dan Bangsa

 

Secuil Kebaikan untuk Kemaslahatan Umat dan Bangsa

Ummu Alfi

  

Muharram adalah bulan mulia. Di mana kebaikan-kebaikan di bulan ini menjadi sasaran untuk memperoleh berkah dan pahala berlipat dari Allah Swt. Tak jarang orang memanfaatkan keutamaan bulan ini dengan kegiatan berbagi kepada yang membutuhkan. Ada yang berbagi dengan berkontribusi bersama komunitas sosial dan kemanusiaan, ada juga yang melakukan secara pribadi. Bagaimanapun teknisnya, jika ikhlas semata-mata karena Allah, insya Allah bernilai ibadah dan mendapat keberkahan. Aamiin.

Kegiatan santunan untuk anak yatim piatu dan duafa, misalnya. Ini adalah bagian dari kegiatan sosial yang sudah beberapa tahun ini dilakukan oleh organisasi Nasyiatul Aisyiyah Ranting Kademangaran, Kabupaten Tegal, setiap bulan Muharram. Nasyiatul Aisyiyah ini adalah sebuah organisasi otonom di bawah naungan Muhammadiyah. Kegiatan santunan tahun ini sudah berjalan di tahun yang keenam, walaupun saat pandemi, kegiatan ini terhenti. Menjadi bagian atau ikut andil di dalam kegiatan tersebut merupakan pengalaman yang pastinya menyulut rasa syukur dalam diri pribadi dan organisasi. Bagaimana tidak, menilik kegiatan ini yang sudah berjalan beberapa kali dan terbilang sukses, ternyata di luar sana pun masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita, ini menjadi PR tambahan buat kami pastinya. Tidak ada rasa sesal kami ikut berkontribusi, yang ada, justru semakin giat untuk terus melanggengkan program ini.

Beberapa kejadian dalam kegiatan ini ada yang masih membekas pada benak kami sebagai pelaksana kegiatan. Sekitar 50 paket santunan sudah kami persiapkan dengan rapi. Mulai dari penggalangan dana, belanja paket santunan, hingga pengemasan paket, kami lakukan sendiri bersama anggota yang lain. Komunitas kami yang seluruhnya beranggotakan perempuan usia produktif, di mana sebagian sudah berkeluarga, tentunya pelaksanaan ini bentuk dari sebuah pengorbanan untuk masyarakat. Sejatinya kami ada bersama keluarga, tetapi justru kami gunakan waktu untuk sedikit memberikan sumbangsih bagi warga.

Kegiatan pembagian santunan sedang berlangsung di sebuah tempat yang sudah dipersiapkan. Penerima santunan pun sudah memenuhi kursi yang telah disediakan. Kuota tersebut memang telah kami tentukan sesuai budget yang ada, begitu juga nama-nama penerima santunan, mana yang perlu diprioritaskan menurut kondisi penerima. Jumlah tersebut memang terbilang tidak banyak. Bahkan, masih jauh dari harapan. Karena memang harapannya, semua warga di desa kami yang membutuhkan bisa ter-cover. Namun, saat itu, seperti itulah kemampuan awal kami melaksanakan program tersebut. Dana yang kami dapat hanya dari iuran ikhlas anggota, kas organisasi, dan beberapa sumbangan dari para  dermawan/ aghniya setempat.

            “Mbak, saya, dong!”

            “Mbak, aku boleh masuk ikut duduk di situ, tidak?”

            “Mbak, anak kami banyak, bapaknya sudah lama nganggur. Kenapa kami tidak dapat undangan?”

            “Mbak, masih ada sisa paket sembakonya, tidak?”

            Begitulah mereka berucap di luar pagar besi yang memang hanya petugas dan penerima santunan yang berada di dalam. Hatiku yang saat itu mendengar dan melihat langsung teriris. Iya, kami pun ingin semua dapat, batinku saat itu. Sebagian dari mereka, kami kenal, sebagian lagi sepertinya warga dari desa tetangga.

            “Maaf, nggih, Bu. Ini jumlahnya terbatas,” ucap temanku dengan mimik tak tega. “Semoga tahun depan bisa dapat semua, ya.”

            Dari kejadian itu, ada hikmah dan pelajaran yang bisa kami petik. Masih banyak di luar sana orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Walaupun telah banyak pula orang baik yang ikhlas mendermakan hartanya di jalan kebaikan. Perjuangan belum selesai, masih banyak PR yang harus diselesaikan. Berharap kebaikan ini akan terus berjalan, walau berganti generasi.

***

            Di tahun pertama pelaksanaan kegiatan, Ketua Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah Kademangaran—sebagai penanggung jawab sekaligus pencetus kegiatan santunan ini—merasa bahagia dan haru, karena perjuangannya bersama rekan-rekan Nasyiah (sebutan untuk teman-teman Nasyiatul Aisyiyah) bermanfaat bagi umat. Namun, di tahun kedua, sebelum pelaksanaan kegiatan, kami mendapatkan ujian. Beliau dipanggil oleh Allah Swt. terlebih dahulu saat berjuang melahirkan putri keempatnya. Tangis tak terbendung dari kami seluruh aktivis yang selama ini melangkah beriringan bersama beliau dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial.

Akan tetapi, ujian itu tidak menjadikan kami surut dan berlarut dalam kesedihan. Justru semangat kami semakin membara dengan mengingat perjuangan beliau memulai kebaikan ini. Kami harus tetap melanjutkan kegiatan ini, yang memang sudah direncanakan dengan matang jauh-jauh hari sebelumnya. Dalam kegiatan santunan ini, kami mengundang anak-anak almarhumah. Alhamdulillah, mereka datang didampingi oleh abinya (suami almarhumah). Seketika tangis kami kembali terurai. Anak-anak beliau masih kecil-kecil, masih butuh sosok ibu. Namun, Allah berkehendak lain. Surga menantinya, insya Allah.

            “Terima kasih, karena telah melanjutkan perjuangan umi kami. Acara ini, membuat kami rindu pada Umi,” ucap putri sulung almarhumah yang saat itu berusia sekitar 12 tahun. Bahunya bergetar, ucapnya pun terbata karena menahan tangis. “Kami berjanji, kelak kami juga akan melanjutkan perjuangan Umi, bisa bermanfaat untuk orang banyak.”

            Sontak yang mendengar itu, ikut terbawa suasana. Usapan air mata terlihat dari tamu undangan yang hadir. Begitu pun kami.

“Kami bersamamu, Nak,” gumam para teman seperjuangan.

Merekalah generasi penerus perjuangan kami. Tampuk pimpinan umat nanti untuk negeri.

            Dari kisah tadi, semangat kami tidak padam. Kami ingin terus menyebarkan kebaikan, membentangkan sayap dan melakukan inovasi kegiatan yang bersifat keagamaan dan sosial. Walaupun tidak mudah untuk melakukan itu semua. Beberapa kendala ditemui di lapangan saat kami meminta donasi kepada aghniya. Keadaan setiap orang tidak bisa diprediksi hanya melihat dari luar, tetapi kami berusaha selalu berbaik sangka. Beberapa dari mereka yang kami temui, tak jarang bermuka masam, saat tahu akan dimintai sumbangan. Hati kami sempat menciut, ada rasa tidak enak. Namun, secuil pun kami tidak pernah memaksa, hanya butuh keikhlasan. Berjuang untuk kebaikan umat memang tidak mudah, butuh keikhlasan, kelapangan hati, waktu, pikiran, harta, dan juga tenaga.

            Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal 58).

            Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki seorang muslim, bukan mencari manfaat atau memanfaatkan orang lain. Ini adalah implementasi dari konsep Islam yang penuh kasih sayang, yaitu memberi.

            Tepat di Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-77 ini, kita masih dipertemukan dengan bulan mulia, bulan Muharram. Ada secuil kebaikan untuk kemaslahatan umat dan bangsa yang harus terus diperjuangkan.


                                                                                                                            Tegal, 17 Agustus 2022 

Kamis, 03 Februari 2022

 

 

 

Dari PIP UMi Lahirlah Perempuan-Perempuan Pegiat Usaha

Ummu Alfiyah

 

 

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian negara, yaitu penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar dan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan Bank Dunia (2020), sebanyak 90 persen dari entitas bisnis adalah UMKM, yang kontribusinya pada penyerapan tenaga kerja global mencapai 50 persen.

Pemerintah juga terus berupaya menggiatkan UMKM, salah satunya dengan program yang telah dituangkan  dalam strategi utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Pada RPJMN 2020-2024, pemerintah berkomitmen untuk menguatkan kewirausahaan dan UMKM guna meningkatkan nilai tambah ekonomi, lapangan kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekonomian melalui lima area prioritas, yaitu mengembangkan sumber daya manusia (SDM), meningkatkan akses ke jasa keuangan, meningkatkan nilai tambah produk UMKM di pasar domestik dan internasional, memperkuat kemitraan, serta memperbaiki peraturan dan kebijakan yang memengaruhi keberlangsungan UMKM.

Namun, dalam pelaksanaannya, banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi untuk mengimplementasikan rencana besar tersebut. Salah satunya terkait dengan pembiayaan. Banyak pelaku UMKM yang terhimpit masalah modal dan sirkulasinya, terutama mereka yang tidak atau belum mampu mengakses perbankan, misalnya pada masyarakat dengan skala ekonomi ke bawah. Sebagian pelaku usaha mikro dan ultra mikro juga masih enggan melakukan akses permodalan di bawah perbankan, karena mereka menggunakan usahanya untuk menambah pendapatan dan bertahan hidup. Pelaku usaha juga tak jarang berpikir dua kali untuk mengajukan akses permodalan atau pinjaman, karena menganggap pinjaman serupa dengan rentenir, dengan suku bunga yang tinggi.

Pemerintah terus berupaya memberikan wacana dan literasi terhadap masyarakat, bahwa pinjaman tersebut merupakan pinjaman produktif, yang bermanfaat untuk keberlangsungan modal usaha. Uang dari hasil usaha akan diputar kembali untuk menghasilkan produk atau jasa yang akan dijual kembali. Hasil usaha tersebut juga bisa digunakan untuk membayar cicilan pinjaman.

PIP UMi hadir menjembatani para pelaku usaha yang terkendala tersebut agar mampu mengembangkan usahanya. PIP UMi adalah salah satu lembaga ekonomi yang terus berupaya mendukung dan menggerakkan ekonomi di sektor mikro dan ultra mikro agar mampu berjalan dan berkembang. Bahkan, diharapkan nantinya mampu naik kelas dan bersaing dalam usaha berskala nasional dan internasional.

Program PIP UMi ini merupakan kelanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang merambah usaha mikro di lapis ekonomi terbawah dan belum difasilitasi perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Secara mendasar, UMi ini berbeda dengan KUR dilihat secara skema bantuannya. KUR berdasarkan subsidi bunga, sedangkan UMi menggunakan skema dana bergulir. Pembiayaan PIP UMi disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank, yaitu PT Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dan PT Bahana Artha Ventura (BAV), serta enam belas koperasi yang bertindak sebagai lembaga linkage (Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kemenkeu, 2019). Sistem fasilitas pembiayaan dalam PIP UMi bermula dari angka dua juta rupiah dan maksimal sepuluh juta rupiah setiap debitur, dengan suku bunga yang kecil, yaitu  dua sampai empat persen.

Pelaku usaha mikro yang memanfaatkan UMi sebagian besar adalah perempuan. Enam puluh persen UMKM yang terdaftar di Indonesia, dikelola oleh perempuan. Apalagi, di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini, minat dan tuntutan para perempuan membuka usaha sangat tinggi untuk membantu perekonomian keluarga. Perempuan yang berdaya terutama dalam bidang ekonomi, memiliki peran penting dalam perekonomian tidak hanya negara, tetapi juga untuk ketahanan keluarga. Dengan kata lain, pemberdayaan perempuan tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk keluarga dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI (LPEM FEB UI) tahun 2020, mengungkapkan bahwa sejumlah perempuan pegiat UMKM yang memulai bisnis dari nol melalui online selama pandemi hampir 1,5 kali lipat lebih banyak dibandingkan laki-laki, dengan kategori usaha seperti, kuliner, griya, dan fashion.

Sebagai salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi melalui program PIP UMi adalah penandatangan nota kesepahaman (MoU) oleh Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (BLU-PIP) dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women). Tujuannya sebagai bentuk kerja sama dalam promosi pemenuhan hak perempuan untuk kesempatan ekonomi yang setara. Namun, keterbatasan akses mereka, menghalangi pengembangan keterampilan dan jaringan usaha. Untuk itu, melalui program dukungan ini, diharapkan mampu menjembatani tantangan tersebut.

Baik PIP maupun UN Women memiliki persamaan tujuan, yaitu mendukung pelaku usaha perempuan di Indonesia, tidak hanya terkait akses pembiayaan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan dalam berkarya, agar mampu mengembangkan usahanya dan mampu bersaing usaha dalam lingkup yang lebih tinggi. Bahkan, di era digital seperti sekarang ini, pelaku usaha perempuan diharapkan mampu mengakses segala kebutuhan usahanya lewat teknologi digital.

Beberapa hasil wawancara dengan pelaku usaha ultra mikro, khususnya perempuan usia produktif di wilayah Tegal, menyebutkan bahwa dengan hadirnya PIP UMi yang disalurkan melalui PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Mekaar, sangat membantu proses kelancaran usahanya di bidang craft. Modal awal pembiayaan sejumlah dua juta rupiah hingga terus bertambah nominal pinjamannya untuk bisa melanjutkan usahanya. Kredit yang diajukan pun tanpa jaminan. Debitur cukup datang ke pertemuan rutin seminggu sekali yang diadakan oleh pengelola kelompok dan menyetorkan cicilan pinjaman. Jika modal awal pembiayaan dua juta rupiah, maka setiap minggu para debitur membayar cicilan senilai lima puluh ribu selama lima puluh kali, ungkap Ibu Nunik, salah satu debitur yang memiliki usaha ultra mikro di bidang crafter.

Ibu Nunik ini mulai usaha tahun 2007 dengan modal awal dari pribadi. Beliau memulai produksi pembuatan pernak-pernik yang dijual sendiri di lapak atau acara pameran-pameran. Namun, kini usahanya telah berkembang setelah mendapat suntikan pinjaman dari PIP UMi. Beliau mendistribusikan hasil produksinya kepada beberapa pedagang keliling yang membeli langsung hasil kerajinannya, berupa sandal anak-anak yang dimodifikasi dengan aksesoris kain flanel dan juga pernak-pernik lainnya. Dari hasil pengelolaan usaha ultra mikronya tersebut, Ibu Nunik (42 tahun) mampu membantu perekonomian keluarga, apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini. Suami beliau yang kehilangan pekerjaannya sebagai supir bus saat pandemi, merasa terbantu dengan usaha kecil dari sang istri untuk kelangsungan hidup keluarganya.

Perkembangan usaha ultra mikro juga dirasakan oleh Ibu Asih, penjual makanan ringan (olos) di salah satu wilayah Pasar Langon, Tegal. Berawal dari bantuan sosial yang didapat, kini Ibu Asih mampu mengembangkan bisnis kuliner tersebut dari pembiayaan yang disalurkan melalui PNM Mekaar. Dari yang awalnya menjual hanya dengan satu jenis makanan, kini menjadi beberapa macam makanan kecil. Hasil usahanya mampu menambah pemasukan ekonomi keluarga dan mengembangkan usahanya.

Beberapa contoh pelaku usaha perempuan tersebut, mampu membuktikan bahwa program PIP UMi berjalan dan tepat sasaran. Dengan adanya berbagai kemudahan pembiayaan dari program PIP UMi ini, pelaku usaha yang sempat terpuruk, diharapkan bisa bangkit kembali, minimal untuk perekonomian keluarga agar mampu mengentaskan kemiskinan menuju kesejahteraan keluarga. Program ini juga diharapkan mampu menggaet para pelaku usaha mikro dan ultra mikro dalam skala besar, dengan target PIP UMi tahun 2022 mencapai dua juta debitur.

 

 

 

 

 

Rabu, 02 Februari 2022

 Izinkan Aku Belajar dari Makna Hijabmu

Karya: Ummu Alfi



Aku melihatnya dari jauh

Terpancar aura keindahan pemiliknya

Menunduk malu karena ketaatan

Sebagai bentuk pembebasan diri dari pandangan tak beradab


Ingin kumenyapa, tapi malu

Berhenti pada satu titik kegamangan

Meraba setiap kubangan noktah yang ada pada diri

Aku masih jauh untuk membersamai


Wahai gadis berjilbab,

Inginku memantaskan diri duduk bersama

Mencari tahu akan arti hidup sebenarnya

Menguatkan niat, membulatkan tekad

Mengubah cara pandangku tentang wanita.


Wahai gadis berjilbab,

Aku mengagumimu

Aku ingin mengenalmu

Izinkan aku belajar dari makna hijabmu.



Tegal, 31 Agustus 2021.